Satu persatu atraksi pentas seni sudah ditampilkan, pengumuman siswa-siswi berprestasi pun terbaik sudah dilakukan, dan kini tibalah saatnya acara yang ditunggu-tunggu : pelepasan puma asuh siswa/siswi SMA/K PPAY Al Amal.
Satu persatu nama-nama anak asuh yang bakal meninggalkan asrama PPAY Al Amal itu dipanggil, tak lupa juga para orang tua atau keluarganya dipersilahkan naik panggung. Sungguh terasa pemandangan yang cukup mengharukan setelah bertahun-tahun anak-anak asuh itu tumbuh, besar dan berkembang di panti kini harus kembali ke orang tua atau keluarganya.
Setelah Pak Fuad Said Bobsaid selaku Ketua PPAY pun secara seremonial menyerahkan sertifikat kelulusan pada mereka, acara dilanjutkan dengan foto bersama. Sesekali ibu-ibu dari mereka itu masih menitikkan air mata keharuan. Ekspresi senang dan bangga para orang tua itu benar-benar bercampur haru.
Ketika naik panggung, mereka nangis terharu, bersyukurkepada Allah, terima kasih kepada para pengasuh yang telah mendidik dan mengawasi hingga besar. Ada yang juga masih mbrebes mili ketika seremoni di panggung, bahkan hingga turun dari panggung. Seusai itu, ketika pulang, para orang tua masih menyempatkan datang ke kantor pengurus, mengucapkan rasa syukur dan terima terima kasih yang sangat mendalam.
Orang tua mana yang tidak bangga dan bersyukur, dulu anaknya dititipkan ke panti masih ingusan, sekarang sudah menjadi remaja yang gagah dan cantik.
Ya, itulah pemandangan rutin setiap akhirtahun pelajaran, di aula PPAYAI Amal. Rangkaian acara seremonial pelepasan siswa purna asuh tersebut memang bisa dibilang istimewa, baik bagi para pengurus (terutama pengasuh) PPAY AAmal, juga bagi orang tua siswa.
Bagi pengurus PPAYAI Amal ini adalah momen mengembalikan para anak asuh ke orang tua atau keluarganya masing-masing setelah sekian tahun mengasuh, mendidikdan membesarkan mereka, untuk selanjutnya siap terjun ke masyarakat.
Dan bagi orang tua, ini adalah peristiwa bersejarah dimana mereka bisa bertemu kembali dengan anak-anaknya yang sudah dititipkan ke panti selama sekian tahun, dengan kondisi anak yang sudah sangat berbeda dengan ketika pertama masuk panti.
Anak asuh yang sudah siap terjun ke masyarakat dan dikembalikan ke orang tuanya, adalah anak asuh yang sudah siap segala-galanya. Ini karena selama di panti, mereka mendapatkan cukup pendidikan umum dan diniyah.
Mereka juga mendapat gemblengan budi pekerti dan akhlak keseharian yang mulia. Ini tentu saja juga sesuai dengan tujuan PPAYAI Amal yakni memandirikan anak, memberikan pengasuhan terbaik, sebagaimana harapan orang tua dan donatur.
Setiap tahun: setelah menyelesaikan bangku sekolah menengah atas, para orang tua diundang kembali ke yayasan. "Kita ingin serahkan kembali amanat mereka, alhamdulillah, ini Iho anak yang dulunya ingusan sekarang sekarang sudah menjadi remaja yang mandiri dan siap berkarya," begitu kira-kira maksud undangan tersebut.
Maklum, waktu bertahun-tahun di panti bukanlah waktu yang singkat. Berapa lama anak tinggal di panti, tergantung dari usia berapa ia masuk di sini. Bila masuk di panti usia TK, hingga lulus SMA/K, berarti mendapat pengasuhan selama 12-13 tahunan. Minimal anak yang masuk di panti pada usia kelas 3 SD, jadi tinggal di panti selama 10 tahunan hingga puma asuh.
Maka wajar bila para orang tua pun tak henti-hentinya memanjatkan rasa syukur pada Allah dan berterima kasih kepada para pengurus dan donatur sebagai pendukung dana, karena anaknya telah diberi kesempatan tumbuh dewasa di panti.
Keluar dari PPAY Al Amal, para siswa tak hanya sudah dibekali ilmu umum, ilmu diniyah dan akhlak mulia, namun juga dibekali modal tabungan yang cukup lumayan. Setiap anak bisa membawa tabungan antara Rp 8 juta hingga Rp 13 juta, tergantung berapa lama ia tinggal di panti.
Sebuah nilai rupiah yang sebenarnya cukup untuk berwirausaha. Namun ya semua tergantung keperluan anak dan orang tuanya. Bila anak bekerja, tabungan itu ada yang untuk beli motor. Ada juga yang untuk membantu kepentingan keluarga termasuk renovasi rumah.
"Tabungan itu adalah hak anak-anak selama di panti," tambah Pak Fuad.
Pertama masuk PPAY Al Amal, pengurus sudah membukakan rekening di bank (Rp 100 ribu) untuk masing-masing anak. Berikutnya tabungan bersumber dari pemberian dari khusus donatur atau ketika mereka menghadiri undangan-undangan.
Setiap bulan hasil dari undangan itu ditotal kemudian dibagi ke seluruh anak panti yang sekarang berjumlah 90 anak. Pembagian itu langsung masuk ke rekening bank masing-masing anak. Bila bulan Ramadhan, undangan lebih banyak, bahkan setiap anak bisa menabung sampai Rp 750 ribu. Hasil undangan murni untuk ditabung, sementara untuk jajanan anak-anak memang sudah disediakan yayasan.
Alumni PPAY Al Amal setelah kembali ke masyarakat, sebagian besar (70-80%) bekerja di instansi pemerintah atau swasta, sekitar20 % berwiraswasta dan sebagian kecil melanjutkan kuliah. Lepas dari PPAYAI Amal, kadang pengurus juga masih sering membantu mereka dalam hal melamar pekerjaan, termasuk memberikan referensi dan rekomendasi.
Tidak tertutup kemungkinan, siswa-siswi lulusan sekolah menengah atas tersebut dikuliahkan PPAYAI Amal. Namun ini khusus untuk anak yang benar-benar jenius. Kenapa? Sebagaimana diutarakan Pak Fuad, tidak semua anak dikuliahkan mengingat biaya kuliah yang mahal. Apalagi pada usia-usia itu sebenarnya hak keyatiman anak sudah selesai. "Maka lebih baik kita senantiasa bergulir menerima anak-anak asuh baru yang setiap tahun selalu butuh perhatian."
Mengenai status keyatiman, secara umum, status itu memang berakhir ketika anak baligh, umumnya usia 15 tahun. Namun terus terang di usia itu anak belum mandiri benar, makanya PPAY Al Amal tetap mengasuh mereka hingga lulus sekolah menengah atas, yang rata-rata anak sudah berusia 18-20 tahunan.
Nah, ketika para orang tua pulang ke tempat asal dengan membawa anaknya yang sudah remaja itu, tak jarang mereka juga membangga-banggakan anaknya ke para kerabat atau tetangganya. Melalui getoktularpula, mereka menyarankan agar anak-anak yatim di sana diasuhkan di PPAYAI Amal saja. (*)